A homepage subtitle here And an awesome description here!

17/12/16

Menganalisa Tanah Longsor di Banjarnegara Dari Media Cetak dan Elektronik

Seringkali setelah kita mendengar terjadinya longsor di beberapa daerah, tak beberapa lama media cetak dan elektronik ramai membicarakannya. Pernahkah kita mempelajarinya dari sekian ribu tulisan yang dirangkai oleh sang penulis? Mari kita pelajari bersama.

Saya mempelajari dari longsor di dekat rumah saya yaitu nang Dusun sing jenenge Jemblung di daerah Banjarnegara. Lha si kepriwe carane nggone sinau? Nah mari kita pelajari bersama. 

1. Yang pertama kita cari media tersebut
2. Kita cari kata kuncinya
3. Kita pelajari

Yuk mari...

 
Gambar di atas saya ambil dari voaindonesia. Apa yang dapat kita ambil? Nah disitu ada beberapa kata kunci. Yap yang pertama adalah HUJAN DERAS. yang kedua? adalah HUJAN SELAMA DUA HARI. Memang pada hari kejadian hujan berlangsung selama dua hari tanpa henti. Kok tau? Kan dah saya bilang saya asli Banjarnegara. Apalagi yang kita dapat? yap lokasi kejadian. Yaitu ada di LEMBAH KECIL DENGAN PERBUKITAN DI BELAKANGNYA.

Sudah dapat kesimpulan? Sedikit sepertinya. Karena masih belum pasti, apakah hujan deras selama dua hari di lembah kecil dengan perbukitan dibelakangnya pasti menyebabkan longsor? Karena banyak faktor lain yang menyebabkan longsor. Tapi dari situ kita bisa mengambil gambaran untuk mewaspadai longsor yang akan terjadi.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Yang kedua saya dapatkan berita tersebut dari BBC Indonesia dan saya kira cukup lengkap beritanya. Tapi ini dilokasi yang berbeda yaitu di Clapar. Kok banyak ya kejadian longsor di Banjarnegara? Yang ketahuan baru segitu mas/mbak, nyatanya masih banyak lagi namun terjadi di perkebunan atau hutan dan tidak mengenai warga.

Kata kunci yang bisa kita ambil adalah?
1. Hujan deras
2. Kondisi tanah yang labil
3. Dari unsur tanah merah yang terkena air terus menerus

Nah sekarang kita menambah pengetahuan lagi tentang kondisi seperti apa yang bisa menyebabkan longsor. Jika tadi adalah hujan deras maka ini ditambah dengan kondisi tanah dan unsur tanahnya. 

Mudah kan? Nah makanya mempelajarinya itu mudah dan meminimalkan banyaknya korban sebenarnya hal yang bisa kita lakukan asalkan ada kesadaran dari diri sendiri. Waspadalah! Waspadalah!

Pentingnya Memonitor Gerakan Tanah dan Memprediksi Terjadinya Tanah Longsor

Sangat penting bagi kita untuk mengetahui bahaya dan bencana yang harus kita waspadai bahkan di sekitar kita, di belakang rumah kita sekalipun ! Memonitor pergerakan tanah di sekitar kita adalah hal mendasar yang perlu kita ketahui untuk memprediksi sejumlah besar kejadian tanah longsor. Para ilmuan telah melakukannya dan memantau pergerakan tanah dari sifat fisik tanah dapat memacu pergerakannya.

Real monitoring system yang dilaksanakan USGS contohnya, mereka bisa memberikan informasi secara online dan update tentang pergerakan tanah di beberapa tempat yang berpotensi terjadi longsor. Jangan berandai-andai hal tersebut terjadi di negeri ini. Namun beberapa pengkaji tanah longsor di Indonesia telah melakukan hal demikian dengan membuat peta zona rawan longsor di berbagai daerah di Indonesia. 

Hanya saja sosialisasi terhadap warga masih kurang dan karena kurangnya pengetahuan warga tentang penyebab, tanda-tanda, dan bahaya tanah longsor ini maka warga banyak yang menjadi korban, PADAHAL itu terjadi berawal dari terbentuknya crack atau rekahan di BELAKANG RUMAH KORBAN. Hal ini banyak terjadi di daerah tempat tinggal saya di Banjarnegara. Tata guna lahan yang kurang tepat juga ikut berperan dalam memuluskan bencana longsor ini.

Berikut gambar monitoring sistem yang diterapkan oleh USGS:

diagram of a typical landslide monitoring setup

Data yang didapat dari instrumen tersebut belumlah dianggap sebagai keputusan final. Masih banyak kelemahan dalam monitoring system tersebut. Dalam berbagai kasus, data yang kurang akurat bisa terjadi karena faktor kelelahan alat, alat yang sudah tidak bisa bekerja dengan baik, maupun kondisi fisik di lingkungan tempat penelitian. Sehingga data yang didapat harus melalui banyak revisi.